Powered By Blogger

Jumat, 18 Februari 2011

Wisata Papandayan Garut

G. Papandayan : Keanekaragaman Hayati, Panorama Alam dan Wisata Gunung Api (Vulkanowisata)
Oleh : Prisa Apri van Ga, S. Hut

G. Papandayan

“Pada bulan Januari 1706, dua orang serdadu Belanda bernama Creatiaun dan Van Houten mendapat tugas dari keresidenan setempat untuk mengunjungi, menyelidiki dan mencari belerang murni di G. Papandayan dan G. Patuha. Pada waktu itu G. Papandayan masih ada dalam ketinggian penuh” (Kusumadinata, 1970)"

Jauh sebelum orang-orang Belanda menemukan gunung ini, masyarakat setempat telah sering melintasi G. Papandayan untuk membawa tembakau, garam, sayuran dan hasil-hasil bumi lainnya. Jalur ini merupakan jalan terdekat yang menghubungkan dataran tinggi Pengalengan Bandung dengan lembah Garut.

G. Papandayan

Nama Papandayan, berasal dari bahasa sunda “Panday” yang berarti pandai besi. Dahulu, ketika masyarakat melintasi gunung ini, sering terdengar suara-suara yang mirip keadaan ditempat kerja pandai besi, suara itu berasal dari kawah yang sangat aktif. Demikianlah gunung ini kemudian dinamakan Papandayan oleh masyarakat disekitar gunung ini.

Gunung Papandayan terletak di sekitar 25 Km sebelah barat daya Kabupaten Garut, dengan posisi geografis 7o19’ Lintang Selatan dan 107 o 44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2665 Mdpl atau sekitar 1950 M diatas dataran Garut. Disebelah selatan gunung ini terdapat G. Guntur dan disebelah timurnya terdapat G. Cikuray.

G. Papandayan merupakan kerucut paling selatan dari deretan gunung api di priangan selatan yang telah diklasifikasikan (sejak zaman penjajahan Belanda) sebagai gunung aktif yang cukup berbahaya di Jawa Barat. Letusan-letusan yang terjadi sejak dahulu kala membuat wujud gunung ini seperti potongan tapal kuda. Kawah tertuanya terletak di Tegal Alun-alun yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka. Dinding kawah tua ini membentuk kompleks pegunungan dengan puncak-puncaknya yaitu G. Malang (2675 Mdpl), G. Masigit (2619 Mdpl), G. Saroni (2611 Mdpl) dan G. Papandayan (2665 Mdpl) yang mengelilingi Tegal Alun-alun. Di padang inilah muncul mata air yang menjelma menjadi Sungai Ciparugpug.

Disekitar areal tapal kuda ini, kita juga dapat melihat gunung-gunung kecil yang mengelilingi G. Papandayan, antara lain G. Puntang (2555 Mdpl), G. Walirang (2238 Mdpl), G. Tegal Paku (2225 Mdpl) dan G. Jaya (2422 Mdpl). Sementara dilembah diantara G. Puntang dan G. Walirang terdapat sungai Cibeureum Gede yang mengalir ke Sungai Cimanuk.

Sejarah Letusan
Dalam catatan sejarah, letusan besar pernah terjadi di G. Papandayan pada 11 – 12 Agustus 1772. letusan besar ini menyebabkan kehancuran pada sebagian tubuh gunung ini, membentuk kawah tapal kuda membuka kearah timur laut.

G. Papandayan

“Dengan suara menggelegar dan gemeratak yang hebat, setelah tengah malam mendadak tampak membumbung keatas sinar-sinar terang, yang menerangi kegelapan, memecah-mecah puncak gunung, melemparkan dan menyebar bongkah-bongkahnya kesekitarnya”. Demikian catatan F.W. Junghuhn, seorang penjelajah gunung berkebangsaan Jerman tentang meletusnya G. Papandayan pada 11 Agustus 1772.

Inilah letusan terdahsyat G. Papandayan yang tercatat dalam sejarah. Selain menghancurkan sebagian tubuhnya, letusan ini juga menghancurkan 40 perkampungan didataran tinggi garut, memakan korban jiwa kurang lebih 2957 orang dan membunuh lebih dari 1500 ekor sapi, kerbau, kambing, dan binatang-binatang peliharaan lainnya.
 
G. Papandayan

Pada tahun 1819, pendiri kebun raya Bogor, C.G.C Reindwardt yang berkebangsaan Jerman menjadi orang-orang asing pertama yang mendaki gunung ini. Pada masa-masa inilah, G. Papandayan menjadi surga bagi para ahli gunung berapi dan tumbuh-tumbuhan hingga sekarang.

Menurut pendapat R.D.M. Verbeek dan R. Fennema, letusan G. Papandayan pada tahun 1772 berlangsung seperti halnya yang terjadi di G. Semeru di Jawa Timur pada tahun 1885, tetapi lebih kuat. Pada waktu terjadinya letusan ini terlihat muntahan api selama 5 menit yang berasal dari kawah Papandayan (kawah Mas), disusul dengan lawina batu-batu yang menghancurkan daerah yang lebih rendah. Peristiwa turunnya lawina batu-batu tersebutlah yang merupakan pokok dari kejadian letusan G. Papandayan pada tahun 1772.

Setelah itu, gunung ini mengalami masa tenang kembali sampai 11 Maret 1923 saat kawah Papandayan (kawah Mas) mulai bergejolak kembali hingga 9 Maret 1925. Selama 2 tahun, letusan kecil tidak membahayakan sering terjadi di gunung ini.

Letusan yang terjadi pada 11 Maret 1923 ini tercatat berasal dari kawah yang terdapat di Tegal Alun-alun, yakni berupa letusan lumpur dan batu-batuan sebesar kepala orang yang terlontar hingga kurang lebih 150 M.

Menurut keterangan Camat dan penduduk Cisurupan, letusan pada tanggal 11 Maret 1923 ini terjadi pada malam hari dengan didahului oleh gempa bumi ringan. Dari kejadian letusan ini, lapangan letusan baru telah ditemukan dan dinamakan kawah Baru. Dalam lapangan letusan seluas 100 M tersebut, 7 buah lubang letusan ditemukan dan sebuah danau kecil telah terbentuk.

Bersamaan dengan pembentukan kawah baru diatas, pada bulan Juni 1923, di kaki G. Nangklak (sebuah dinding curam sebelah selatan kawah Mas) telah terbentuk juga sebuah kawah baru yang diberi nama kawah Nangklak dengan 3 buah lubang letusan didalamnya.

Sepanjang tahun 1924 hingga 1925, letusan-letusan kecil terjadi secara bergantian di masing-masing kawah yang berbeda hingga gunung inipun akhirnya memasuki masa istirahat yang cukup panjang sampai letusan besar terjadi kembali pada 11 November 2002.

Pada hari senin, 11 November 2002 pukul 15.30, G. Papandayan memulai kembali kegiatannya setelah hampir 60 tahun menjalani masa istirahatnya.

Letusan pada tahun 2002 ini didahului oleh letusan freatik kecil pada tanggal 1 – 3 Oktober 2002 yang terjadi di kawah Mas yang menyebabkan meningkatnya kegiatan gunung ini. Temperatur di kawah Mas mengalami peningkatan dan sempat membakar endapan belerang yang terdapat didalamnya.

Pada tanggal 10 November 2002, Pos Pengamatan Gunung Api Papandayan mencatat peningkatan signifikan jumlah Gempa Vulkanik tipe B sebanyak 60 kali. Gempa ini menandai sistem rekahan dan tanah di kawasan kawah Mas menjadi jenuh dengan uap air dan tekanan, sekaligus mengaktifkan sistem uap di kawah Mas menuju ke letusan freatik selanjutnya.

Pada tanggal 11 November 2002, letusan freatik pertama terjadi di kawah Baru pada pukul 16.03 WIB, yakni berupa semburan debu pekat ke udara yang mencapai ketinggian 5 Km dari atas puncaknya. Letusan di kawah Baru ini menyebabkan terjadinya longsor dahsyat disebagian dinding bukit Nangklak, material longsoran tersebut jatuh ke hulu Sungai Cibeureum Gede dan mengakibatkan banjir bandang lumpur sepanjang Sungai Cibeureum Gede di Kec. Bayongbong. Tercatat 5 rumah rusak berat dan jalan antara Garut dengan Cikajang terputus.

Letusan tahun 2002 juga telah mengubah wajah lembah tapal kuda G. Papandayan, material yang ditumpahkan telah menimbun dasar lembah dan mengubur aliran Sungai Ciparugpug. Sementara G. Nangklak mengalami longsor dahsyat bersamaan dengan terbentuknya beberapa kawah baru.

Beberapa kejadian diatas dalam sejarah letusan gunung inilah yang membawa G. Papandayan menjadi sebuah lokasi penting bagi para penikmatnya dari sejak dahulu kala hingga sekarang.

Saat ini G. papandayan merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat yang telah dikembangkan menjadi objek wisata panorama dan tempat tujuan bagi para peneliti gunung api di mancanegara.

Objek-objek wisata mempesona yang terdapat di gunung ini terbentuk secara alamiah dari proses vulkanisma yang telah berlangsung di masa lampau. Aktivitas yang terjadi selama beratus-ratus tahun ini, telah menghasilkan dan meninggalkan bentuk-bentuk alam yang khas berupa kerucut gunung api, kawah, singkapan bebatuan dan terbentuknya struktur-struktur baru berupa curug (air terjun), danau, mata air panas, lubang semburan uap panas dari dalam tanah, kolam-kolam mendidih dan endapan belerang berwarna kuning yang menyatu dengan bentang alam yang di penuhi batuan berserakan dan dataran-dataran terbuka yang diselimuti rerumputan dan tumbuhan edelweis yang indah atau hutan-hutan tua berbalut lumut yang menakjubkan.

Keunikan-keunikan inilah yang membedakan keindahan G. Papandayan dengan gunung api-gunung api lainnya di Indonesia.

Keanekaragaman Hayati
G. Papandayan telah menjadi cagar alam sejak tahun 1924. Ketika itu pemerintah kolonial Belanda menetapkan kawasan hutan dan kawah Papandayan seluas 884 Ha menjadi cagar alam. Saat ini total luas cagar alam telah bertambah menjadi 6807 Ha ditambah taman wisata alam seluas 225 Ha. Penambahan luas cagar alam dan taman wisata alam ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/kpts/1990 tanggal 8-5-1990. Wilayahnya meliputi G. Papandayan, G. Puntang, G. Jaya, G. Kendang, Tegal Panjang dan kawah Darajat. Dengan statusnya sebagai cagar alam berarti G. Papandayan beserta keanekaragaman hayati didalamnya dilindungi oleh negara Republik Indonesia.

G. Papandayan memiliki hutan alami yang hening, hutan alami ini dapat kita jumpai pada ketinggian 1900 – 2675 Mdpl. Para ahli tumbuhan menggolongkan hutan pada ketinggian ini sebagai hutan pegunungan atas dan sub-alpin. Penelitian tumbuhan pada tahun 2004 didaerah antara Pondok Saladah sampai Tegal panjang mengungkapkan kondisi hutan sebagai berikut.

Pada daerah kawah, kita dapat menjumpai tumbuhan semak yang tahan terhadap gas beracun seperti suwagi, rumput kawah dan paku kawah. Semakin menjauh dari kawah, tumbuhan semak menjadi lebih beraneka ragam lagi. Selain suwagi, pohon segel, ramo gencel, huru koneng, semak harendong, edelweiss, rumput kawah, paku andam, tumbuhan rambat gandapura dan bungburn dapat kita jumpai didaerah ini.

Semakin ke tepian jalan, kita akan menemui pohon ki haruman yang dahannya dipenuhi benjolan mendomonasi pemandangan. Ke utara di belakang daerah bekas pesanggrahan Hoogbert hut, kondisi hutan mulai berubah karena pengaruh kawah yang mulai berkurang. Hutan disini dipenuhi oleh pohon-pohon berdiameter sedang yang rapat dengan lantai hutan namun jarang ditumbuhi semak, kita dapat menjumpai pohon kendung, anggrit, huru batu dan huru sintok. Selain itu, tumbuhan paku bagedor juga dapat kita jumpai bersama rumput carex dan semak teklan.

Mulai dari Cisupabeureum (2126 Mdpl), dikaki G. Puntang sampai Tegal Panjang, pohon-pohon berdiameter besar yang diselimuti oleh lumut dengan lantai hutan rapat yang ditumbuhi oleh tumbuhan bubukuan dapat kita jumpai disini. Pohon anggrit dan ki hujan sangat mendominasi pada hutan ini, selain pohon salam anjing dan salam beurit. Dua jenis herba penutup tanah yaitu Elatostema eurhynchum dan Elatostema rostratum mudah terlihat disini bersama tumbuhan rambat arbei hutan.

Di Tegal Panjang, kita dapat menemukan 25 jenis tumbuhan herba yang hidup bersama alang-alang. Beberapa diantaranya yang menonjol adalah ki urat, antanan dan Scleria terestis. Tumbuhan endemic Alchemilla villosa dan tumbuhan langka Primula imperalis dapat ditemukan pula di padang ini.

Selain tumbuhan-tumbuhan diatas, kita juga dapat menjumpai dan mengamati beberapa satwa liar yang hidup di hutan Papandayan ini, seperti monyet surili, lutung, babi hutan, mencek dan macan tutul. Didaerah pinggiran hutan dekat perkebunan kita akan menjumpai dengan mudah binatang tando, sigung dan careh.

Menurut catatan dokumen kolonial Belanda, dahulu kala masih dapat dijumpai banteng, rusa dan pelanduk yang terlihat merumput di Tegal Panjang. Pemangsa berupa harimau jawa juga masih sering muncul. Tetapi sekarang semuanya hanya tinggal kenangan saja, satwa-satwa tersebut telah punah.

Peneliti burung berkebangsaan Belanda bernama Hoogerwerf pada tahun 1948 melaporkan terdapat 115 jenis burung yang hidup di G. papandayan. Penelitian pada tahun 2004 pada sisi barat G. Papandayan, dari Pondok Saladah sampai Tegal Panjang serta daerah perbatasan hutan dengan kebun di Pengalengan telah ditemukan 73 jenis burung. Delapan jenis diantaranya endemik pulau Jawa dan 15 jenis lainnya dilindungi oleh perundang-undangan. Terdapat 2 jenis burung yang terancam kepunahan, yaitu elang jawa dan luntur gunung serta 2 jenis burung lainnya yang mendekati dan terancam punah yaitu wallet gunung dan cica matahari.

Disekitar dinding kawah, ditemukan burung pemangsa dadali dan alap-alap capung. Sementara didaerah hutan yang didominasi oleh tumbuhan suwagi disekitar kawah, mudah dijumpai burung kacamata, balecot, tengtelok dan tikukur.

Di hutan selepas kawah hingga tegal Panjang, kita dapat menjumpai sepah gunung, burung sapu, mungguk loreng, wergan dan kacamata bersama dengan puyuh laga dan cincoang biru yang menghuni semak-semak. Burung saeran, saeran kelabu dan walik kepala ungu juga sering terlihat di hutan ini. Sedangkan luntur gunung dan luntur harimau butuh kecermatan untuk menjumpainya.

Sementara didaerah perbatasan hutan dengan kebun sayur atau kebun teh dapat ditemukan burung pemangsa yang terancam kepunahan yaitu elang jawa bersama dengan 2 pemangsa lainnya yaitu elang ruyuk dan elang hitam. Burung saeran, wergan koneng, pijantung kecil dan kepudang sungu jawa juga mudah ditemui didaerah ini. Sementara burung kandancra dan cica matahari memerlukan kesabaran untuk dapat melihatnya. Di kebun teh itu sendiri merupakan arena bermain dan habitat bagi dua jenis burung toed dan tektek reod.

Berdasarkan dari kebiasaan makannya, burung-burung di G. Papandayan sebagian besar (64%) adalah pemakan serangga (insectivor). Kondisi ini menunjukkan peranan burung yang besar dalam menjaga keseimbangan populasi serangga yang terdapat di hutan Papandayan.

Panorama Alam dan Wisata Gunung Api (Vulkanowisata)
G. Papandayan selain dikenal banyak orang karena panorama alam, keindahan kawah dan sunrisenya yang memikat, juga dikenal banyak orang karena kondisi gunungnya yang dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan bagi para pemerhati gunung api. Termasuk bagi para pelajar, mahasiswa dan peneliti yang memerlukan data-data yang berkaitan dengan cabang ilmu pengetahuan alam seperti ilmu kehutanan, geologi, vulkanologi, geofisika dan lain-lain.

G. Papandayan


Hampir setiap bulannya, terutama pada bulan April hingga bulan November, wisatawan lokal maupun mancanegara dan para pelajar banyak yang mengunjungi gunung ini dengan keperluan yang berbeda-beda.

Gunung ini sendiri telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang memungkinkan wisatawan dan para peneliti untuk berkunjung kesini. Lapangan parkir seluas lapangan bola. MCK, Mushola, warung-warung makanan dan sekumpulan pemandu yang terlatih baik pengetahuan dan kemampuan bahasa inggrisnya cukup dapat memanjakan dan membantu kita untuk lebih dalam memahami isi gunung dan kekayaan hutan yang ada didalam G. papandayan.

Beberapa paket wisata juga dijajakan oleh para pemandu disini untuk membantu kita mengungkap misteri akan gunung ini dan membawa kita ke lokasi-lokasi terindah nan eksotik yang ada di G. Papandayan dan sekitarnya.

Beberapa lokasi yang biasanya dikunjungi oleh para pendaki, wisatawan dan para peneliti adalah sebagai berikut.

Pondok Saladah
Pondok Saladah merupakan areal padang rumput seluas 8 Ha yang terdapat di ketinggian 2288 Mdpl. Banyak ditumbuhi tumbuhan edelweis yang abadi dan tidak mudah layu serta memiliki aroma yang khas. Didaerah ini mengalir Sungai Cisaladah yang airnya mengalir sepanjang tahun, tempat ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk kegiatan perkemahan. Sepanjang perjalanaan dari tempat parkir (titik awal pendakian) menuju tempat ini kita akan disuguhi panorama alam yang sangat indah, yakni pemandangan pembuka berupa bentangan kaldera berbentuk tapal kuda yang sangat luas, yakni mencapai 3 Km yang dihiasi oleh bebatuan berserakan yang berwarna-warni. Disebelah kanan selama perjalanan kita akan menjumpai dinding batu berwarna perak bernama tebing soni, dimana kota garut dapat terlihat dari puncak tebing ini, sementara disebelah kirinya kita dapat melihat jejak dari daerah bekas aliran letusan gunung pada tahun 2002, pohon-pohon yang hangus terbakar dan lubang-lubang yang mengeluarkan uap panas dari dalam tanah. Tumbuhan suwagi juga menghiasi pemandangan selama perjalanan menuju tempat ini.

Kawah Mas
Bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, para peneliti dan para pendaki, kawah Mas adalah lokasi yang selalu menjadi tujuan utama dari semua perjalanan menuju gunung ini. Jika dibandingkan dengan lokasi-lokasi objek wisata lainnya yang ada disekitar gunung ini, kawah Mas merupakan lokasi yang sudah dibangun sedemikian rupa dan tampak lebih maju dan berkembang. Hal ini dikarenakan kawah Mas merupakan pusat dan lokasi terpenting dari rangkaian sejarah letusan G. Papandayan. Disini kita dapat mengamati aktivitas gunung berapi Papandayan yang sedang berjalan sesuai waktunya, di kawah ini terdapat 14 lubang letusan yang mengeluarkan asap dengan warna yang berbeda-beda, beberapa mata air mengandung belerang juga terlihat keluar dari sela-sela bebatuannya dan tentunya kita dapat mengamati aktivitas kawah Mas dari jarak yang sangat dekat.

Kawah Mas merupakan kompleks gunung berapai yang masih aktif seluas 10 Ha. Pada komplek ini terdapat lubang-lubang magma baik yang besar maupun yang kecil, lubang-lubang tersebut mengeluarkan asap dan uap air hingga menimbulkan berbagai macam suara yang unik.

Selain kawah diatas, beberapa kawah lainnya seperti kawah Manuk, kawah Baru dan kawah Nangklak juga dapat kita kunjungi untuk memperdalam pengamatan kita tentang aktivitas gunung api Papandayan.

Tegal Alun-Alun
Tegal Alun-Alun merupakan lokasi kawah tertua dari G. Papandayan yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka yang semua lokasinya hampir dipenuhi oleh tumbuhan edelweis, sehingga selama kita berada di lokasi ini kita akan selalu mencium harumnya bunga edelweiss yang khas. Lokasi ini menyerupai lembah yang dikelilingi oleh kompleks pegunungan dengan puncak-puncaknya yang menjulang. Dilokasi ini juga muncul sumber mata air bagi Sungai Ciparugpug disamping fumarola, solfatara dan sumber air panas yang keluar melalui retakan atau celah bebatuan yang ada disekitarnya. Bagi para peneliti, Tegal Alun-alun selalu dijadikan sebagai tempat untuk mengamati satwa-satwa liar dan tumbuhan-tumbuhan endemik.

Selain diatas, Tegal Alun-Alun dan beberapa lokasi lainnya seperti Lawang Angin dan Tebing Soni, juga merupakan lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengabadikan momen-momen penting lainnya seperti pangambilan momen matahari terbit (Sunrise) yang sangat menakjubkan.

Lembah Maut (Lembah Ruslan)
Lembah Maut (lembah Ruslan) merupakan salah satu lokasi yang dianggap berbahaya bagi pengunjung di gunung ini. Dilembah ini banyak ditemukan bangkai binatang yang mati akibat terjebak gas beracun. Pada tanggal 18 Desember 1924, diberitakan seorang mantri bernama Ruslan terjatuh ke lembah ini dan tak sadarkan diri, beberapa saat kemudian mantri Ruslan dinyatakan meninggal karena menghirup gas CL2. Setelah kejadian meninggalnya mantri Ruslan, lembah ini dinyatakan berbahaya. Dan karenanya lembah ini kemudian di kenal dan diberi nama dengan sebutan Lembah Maut atau Lembah Ruslan.
 
G. Papandayan


Tebing Soni – Bandung, 28 Agustus – 4 September 2009.
(Tulisan ini didedikasikan untuk Kawan-kawan Pemandu G. Papandayan seperti kawan Gones, Kang Ilet, Kusnadiawan dan masukan artikel untuk perusahaan jasa wisata Indotraveler Nusantara )
 
Lokasi Gunung Papandayan:
Your browser does not support inline frames or is currently configured not to display inline frames.


PAKET ADVENTURE G. PAPANDAYAN
Untuk anda yang ingin berpetualang ke Gunung Papandayan tetapi tidak ingin terlalu bersusah payah dengan beban yang berat serta perencanaan & pengetahuan alam bebas yang banyak, kami menyediakan paket pendakian + logistik, guide dan porter yang akan membantu selama pendakian anda.

Ikuti paket trekking Gunung Papandayan kami dengan rincian perjalanan sebagai berikut:

Hari Ke I
CISURUPAN – PONDOK SALADAH
Peserta akan dijemput dari Kota Garut (Hotel/Terminal) menuju pelataran parkir Gunung Papandayan. Pendakian dihari pertama ini dimulai hingga ke Pondok Saladah, yakni sebuah shelter yang biasa digunakan oleh para pendaki untuk membangun kemah sebelum pendakian ke Puncak. Sepanjang perjalanan menuju Pondok Saladah, peserta akan melewati dan berjalan diatas beberapa kawah hasil dari letusan-letusan gunung ini. (Meals: Lunch + Dinner)
 
Hari Ke II
PONDOK SALADAH – PUNCAK PAPANDAYAN - CISURUPAN
Setelah sarapan pagi dan berkemas-kemas, Pendakian dilanjutkan menuju Puncak Papandayan (2958 Mdpl) melewati tegal Alun-alun. Jika ingin menikmati Sunrise, pendakian harus dimulai pagi-pagi sekali. Setelah mengambil beberapa moment di Puncak ini, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan turun hingga ke pelataran parkir Gn. Papandayan. Peserta akan diantar kembali hingga ke Kota Garut. (Meals : Breakfast + Lunch)

Biaya Pendakian 2 Hari 1 Malam : Rp. 650.000 /Peserta (Minimal 6 Peserta)

Fasilitas :
• Camping Gear (Tenda Doom Gama Kapasitas 2 Orang, Full Alas & Cover/Dek, Matras Terpal Water Proof, Sleeping Bag Water Proof Isi Dracon, Lampu & Peralatan Masak)
• Transportasi Garut – Lap. Parkir Gn. Papandayan PP
• Tiket Masuk G. Papandayan
• 4X Makan + Buah-buahan
• Snack (Biskuit, Coklat, Roti, Keju, Selai, Teh, Kopi, Susu)
• Pemandu & Porter
• P3K & Asuransi Taman Nasional

Perlengkapan yang perlu dibawa Peserta :
• Daypack
• Pakaian Pribadi + Cadangan; Baju Hangat (Sweeter Dll) & Celana Panjang (Secukupnya)
• Kamera / Handycamp
• Peralatan Mandi & Ibadah
• Raincoat / Jas Hujan
• Sepatu & Sendal Trekking (Sepatu yang kuat dan tidak terlalu sempit)
• Kaos Kaki Tebal, Sarung Tangan, Sarung Kepala & Topi lapangan
• Kacamata Hitam & Sunblock (Jika ada)
• Makanan dan Minuman Tambahan Pribadi
• Obat-obatan Pribadi (Yang direkomendasikan Dokter atau Rumah Sakit) & Tiger Balm / Obat semprot otot (untuk nyeri otot)
• Tidak dianjurkan untuk mendaki bagi Peserta uang memiliki penyakit Sesak Napas, Jantung Koroner, Epilepsi, Darah Tinggi, Indikasi Vertigo dan penyakit berbahaya lainnya

Tidak ada komentar: